Konferensi Internasional Persatuan Islam untuk Muslim Progresif

Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengadakan International Seminar on Islamic Unity for Progressive Muslim yang menghadirkan beberapa tokoh asal Iran dan cendekiawan Indonesia di Gedung Nusantara V, Senayan, Jakarta (30/11).

Salah satu pembicara dalam forum tersebut adalah Smith Alhadar, penasihat ISMES yang sangat produktif menulis di surat kabar. Smith membahas tentang perdamaian Israel-Palestina yang sampai kini tidak selesai. “Satu abad orang Palestina berjuang agar Palestina bisa berdaulat,” kata beliau, akan tetapi pertemuan demi pertemuan tidak juga membawa Palestina merdeka.

Sebagai muslim, kata Smith, kita wajib membantu orang Palestina, apalagi dalam konstitusi Indonesia tidak membenarkan perampasan hak kemanusiaan.

Selain Smith, pembicara lainnya adalah Syekh Muhammad Amin yang merupakan seorang sunni di Iran yang menjelaskan tentang bahaya takfiri dan pentingnya menggabungkan akidah dan akhlak.

Sementara itu, Makarim Wibisono, menjelaskan bahwa bangsa Palestina mengalami kezaliman setiap hari. Beliau juga mengajak kaum muslim untuk mensupport Palestina yang terus dijajah oleh Israel.

Pembicara lainnya adalah Azyumardi Azra yang menjelaskan bahwa Islam itu satu pada level Al-Qur’an akan tetapi banyak perbedaan pada level tafsir. Adanya berbagai gerakan dan kelompok Islam dari dulu sampai sekarang membuktikan bahwa persatuan merupakan sesuatu yang sulit untuk diwujudkan.

Azra menambahkan lagi bahwa umat Islam haruslah bisa menjadi kelompok yang penengah (wasathiyah). “Ciri-ciri dari wasathiyah adalah adanya tawasuth (di tengah), tawazun (seimbang), dan ta’adul (adil),” pungkasnya.

Pengurus ISMES yang hadir dalam konferensi ini adalah Ryantori, Yanuardi Syukur, Asep Kamaluddin, Fahmi Salsabila, dan Meilia Irawan. (Yanuardi Syukur)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*