
Oleh Meilia Irawan
(Divisi Kajian Politik Timur Tengah ISMES)
Pada Selasa, 29 November 2016 pukul 09.00-12.00 WIB di Ruang Rapat BPPK, Kementerian Luar Negeri diadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “OKI dan Peran RI ke depan” dengan narasumber Rolliansyah Soemirat, Deputi Direktur Organisasi Pengembangan Negara, Direktorat Umum Multilateral Kementerian Luar Negeri.
Arah politik Indonesia dengan menjadi negara anggota G-20 (ekonomi dunia ke-16 dunia), negara demokrasi terbesar di OKI, politik Bebas Aktif sebagai politik luar negeri yang dianut selama ini dan sebagai negara penggagas Islam moderat dengan ide ‘Islam Nusantara’ yang berafiliasi dengan konsep rahmatan lil’alamin adalah soft approach bagi diplomasi Indonesia dan merupakan kekuatan penting di skala global sehingga mampu menempatkan Indonesia sebagai mediator dan inisiator dalam penyelesaian konflik berkepanjangan di Timur Tengah.
Menurut Soemirat lagi, saat ini ada banyak kesempatan dan peluang bagi Indonesia untuk berperan aktif melalui OKI. Hal ini pula didukung dengan hasil Communique KTT Istanbul pada bulan April 2016 yang menekankan kembali pada penguatan hubungan negara-negara OKI dalam menghadapi tantangan dunia Islam. Langkah yang diambil oleh Presiden Joko Widodo yakni dengan mengusulkan membentuk contact group untuk membangun kerangka dan strategi komunikasi dalam mencari solusi terbaik untuk tantangan dunia Islam.
Ini merupakan tindak lanjut Final Communique pada KTT OKI ke-13, pada KTM ke-43 yang telah mengadopsi Resolusi mengenai pembentukan OIC Peace and Conflict Resolution (OIC PCR). “Indonesia diharapkan mampu mengambil peran strategis dan berperan aktif dalam agenda tersebut,” lanjut beliau.
Dalam FGD tersebut dipaparkan pula beberapa analisis SWOT yang menjadi kerangka acuan bagi Indonesia di tahun 2017 dan beberapa hambatan yang terjadi di dalam OKI seperti adanya konflik dan perpecahan di internal OKI (Isu Sunni/Syiah, Turki Vs Mesir, Saudi Vs Iran); adanya negara – negara dominan di tubuh OKI (Saudi, Turki, Mesir, Iran), dan juga yang cukup penting adalah soal level demokrasi, dan good governance dan di negara-negara OKI.
Dalam kesempatan ini, pembicara juga menjelaskan bahwa Indonesia punya kesempatan untuk meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi seperti: Project Cycle Management, Islamic Tourism/Finance dan badan – badan subsider. Selain itu, Indonesia pula mendapat peluang refleksikan expertise/modalitas Indonesia pada berbagai sektor (Demokrasi, Good Governance, HAM, anti korupsi, peace keeping, vaksin dan farmasi).
Lebih dari itu, Indonesia diproyeksikan (pada tahun 2017) akan terus melanjutkan kepemimpinan dan peran aktifnya di OKI, khususnya dalam mewujudkan Islam sebagai Rahmatan lil Alamin. Sebagai pemrakarsa, Indonesia akan tetap melanjutkan upaya untuk mengambil posisi aktif dalam pembentukan OIC PCR dengan melakukan langkah-langkah aktif dalam mengoperasionalisasikan OIC PCR.
Beberapa peran Indonesia selain isu-isu politik di Palestina telah dipaparkan pula sebagai berikut:
- Ketua KTM Tenaga Kerja OKI – Periode 2015-2017
- Ketua IBRAF – Periode 2016
- Ketua WG Islamic Tourism
- Lead Coordinating Country Maternal and Child Health
- Komisioner IPHRC untuk wilayah Asia
- Terlibat aktif dalam isu-isu keuangan syariah dan perbankan syariah
- Bio Farma Indonesia ditunjuk sebagai focal point pendirian OIC Centre of Excellence untuk keperluan riset, pengembangan dan produksi
Melalui peluang-peluang di atas, diharapkan Indonesia bisa berkontribusi aktif dan mampu memanfaatkan potensi di berbagai sektor. Kita berharap bersama semoga Indonesia dapat terus memainkan peranan-peranan strategisnya. ***
Leave a Reply