Hamdan Basyar: Ngeyel, Hosni Mubarak Bisa Ditembak Mati

Jakarta – Krisis yang melanda Mesir menjadi peringatan bagi para penguasa agar bila berkuasa ingat rakyatnya. Hosni Mubarak yang sudah 30 tahun berkuasa dipaksa turun oleh rakyatnya karena memperkaya diri sendiri sementara rakyatnya sengsara.

Mubarak hingga kini masih ngotot tidak mau mundur meski satu juta lebih rakyat Mesir memaksanya turun. Rakyat Mesir sudah memberikan ultimatum hingga 4 Februari mendatang. Bila ‘Sang Firaun’ itu tidak kunjung mau mundur, istana akan dikepung. Bagaimana nasib Mubarak?

“Kalau masih ngeyel keterlaluan juga. Ya dia bisa saja kayak Anwar Sadat ditembak mati,” prediksi pengamat politik Timur Tengah Hamdan Basyar.

Berikut wawancara detikcom dengan Hamdan Basyar:

Menyimak perkembangan Mesir akhir-akhir ini, sejuta orang berdemo minta Hosni Mubarak mundur, militer menyatakan tidak akan menembaki demonstran. Posisi Hosni Mubarak seperti apa? Apakah ia masih cukup kuat untuk bertahan?

Kalau melihat perkembangan akhir-akhir ini, kelihatannya Hosni Mubarak akhirnya akan mundur. Kekuatannya ada di militer. Kalau militer tidak mendukung dia lagi, militer lebih berpihak pada masyarakat banyak, artinya Mubarak sudah tidak lagi
memiliki kekuatan.

Sekarang permasalahannya adalah siapa yang akan menggantikan Mubarak. Ini yang masih menjadi negosiasi kalangan elit di sana. Siapa yang akan menggantikan Mubarak, apakah penggantinya wapres baru, Omar Suleiman, atau dari kalangan oposisi El Baradei atau Sekjen Liga Arab Amru Musa ini kelihatannya masih menjadi negosisiasi.

Apakah ada faktor ekternal yang ikut memperalot negosiasi tersebut?

Ada faktor eksternal juga. Dari ekternal, bagaimanapun AS punya kepentingan di Timur Tengah. Mubarak itu kan sahabat AS dan Israel. Kalau penggantinya itu orang yang jauh dari kepentingan Barat dan Israel akan berisiko. Mesir itu kan sementara ini jadi jembatan Israel dengan dunia Arab (Palestina), kalau penggantinya dari Ikhwanul Muslimin yang merupakan kelompok keras, Israel akan kesulitan untuk melakukan diplomasi dengan Palestina.

Kalau melihat sikap militer sekarang, apakah itu artinya mereka sudah tidak lagi mendukung Mubarak?

Kelihatannya militer mengurangi dukungan karena posisinya dilematis bagi militer. Kalau mendukung Mubarak, untuk membubarkan banyak orang pastinya harus dengan kekerasan, sulit membubarkan massa begitu banyak tanpa timbul kekerasan. Sementara dunia kan mengecam kekerasan, AS, Eropa sudah mengatakan jangan gunakan kekerasan. Pimpinan dari kalangan militer sepertinya masih melihat negosiasi siapa gantinya Mubarak.

Soal pengganti Mubarak, antara Suleiman dan El Baradei siapa yang lebih kuat menggantikan Mubarak?

Kalau melihat posisi sekarang, Suleiman kan wapres, secara formal begitu Mubarak turun ia otomatis akan menggantikan Mubarak.

Kalau El Baradei yang sekarang jadi jembatan oposisi, dia kan orang yang sudah lama di luar dan sekarang pulang dan ikut memanfaatkan situasi. Aneh juga kalau dia langsung menjadi presiden. Peluangnya bila Mubarak mundur, akan dibentuk pemerintah transisi yang dipimpin Suleiman, baru kemudian akan digelar pemilu mungkin sekitar 6 bulan, di sini baru pertarungan yang sebenarnya antara Suleiman dan El Baradei terjadi untuk menjadi presiden Mesir.

Atau mungkin dicarikan tokoh lain seperti Ketua Liga Arab Amru Musa, dia dua bulan lagi selesai dari jabatan Liga Arab.

Jadi seperti itu, kecuali terjadi revolusi mungkin akan muncul El Baradei memimpin kekuasaan.

Peluang terjadinya revolusi seperti apa?

Ini tergantung pimpinan militer. Kalau aksi massa ini dibiarkan terus menerus, tak dicegah kemungkinan akan terjadi itu revolusi. Kalau dicegah, dilakukan tarik ulur sambil menyiapkan siapa yang akan memimpin pemerintahan sementara akan sulit terjadi revolusi. Misalnya dicapai kesepakatan Mubarak mundur dan meninggalkan negaranya, kemudian Suleiman memimpin pemerintahan sementara. Lantas pemerintahan sementara dibuat dengan memasukkan semua kalangan termasuk oposisi dengan merangkul El Baradei, mungkin akan sedikit meredam terjadinya revoluasi. Baru setelah pemerintahan sementara pertarungan berikutnya ketika Pemilu.

Mubarak sendiri kalau tetap bertahan tidak mau mundur akan seperti apa nasibnya? Apa akan seperti Anwar Sadat?

Kemungkinan si semakin kurang kekuatannya, kalau masih ngeyel keterlaauan juga. Ya dia bisa saja kayak Anwar Sadat ditembak mati. Tapi ini agak berbeda dengan Anwar Sadat, kalau Anwar Sadat dulu kan istana sampai dikepung, ini kan belum. Lapangan At Thahrir untuk demo itu mungkin seperti HI nya kita.

Bagaimana perbandingan pemerintahan Gamal Abdul Naser, Anwar Sadat dan Hosni MUbarak yang sama-sama otoriter?

Tiga-tiganya sama dari militer. Naser itu pernah menjadi kebanggaan Arab karena dia bisa mempersatukan Arab. Naser itu dekat dengan timur kebalikan dengan Sadat. Ketiganya otoriter dengan gayanya masing-masing.

Naser dan kawan-kawan menggulingkan Raja Farouq pada 1952 dan setelah menggantikan Mohammad Naguib, ia menjadi otoriter.
Kemudian sejak Sadat, kekuasaan ditata lebih demokratis dalam tanda kutip. Ketika Mubarak ini malah lebih otoriter lagi. Ia tidak mau disaingi, ia tidak mau mengangkat wapres, baru akhir-akhir ini saja dia mengangkat wapres. Dia tidak mau ada saingan, dia kan wapres saat Sadat presidennya, kemudian dia menggantikan Sadat.

Soal kebebasan pers, zaman Naser pers ditekan. Saat Sadat kebebasan pers dibuka tapi diawasi terus menerus hampir sama dengan Mubarak sekarang, pers bebas tapi dalam pengawasan, kalau ada yang bertentangan dengan pemerintah diberangus, mirip zaman Soeharto dululah.

Demokrasi seperti kebebasan mengeluarkan pendapat hampir tidak ada. Hanya sekarang sudah terlanjur karena mencontoh Tunisia.

Melihat profil para demonstran ini, apakah aksi ini murni dari rakyat Mesir?

Ya memang ada tudingan dunia barat ikut dalam aksi menurunkan Mubarak ini. Kalau melihat para demonstran ini adalah kalangan muda yang memang lahir di zaman Mubarak, orang-orang yang lahir di bawah kekuasaan Mubarak. Kalau penentang Mubarak sebelumnya kalangan ideologis dari Ikhwanul Muslimin, sekarang ini mereka kaum perkotaan yang tidak puas dengan adanya kemiskinan di mana-mana.

Adanya tudingan dunia luar ikut mempengaruhi aksi ini maka pemerintah berusaha menutup saluran (internet) untuk mencegah melebarnya aksi ini. Betul ada tidaknya kalangan luar saya tidak bisa memastikan, tapi bukan mustahil mereka ikut terlibat. Tapi permasalahannya sekarang luar terlibat karena punya kepentingan siapa yang menggantikan Mubarak. Setelah Mubarak turun, bila yang berkuasa kalangan ideologis, pasti dunia barat akan menghadapi masalah di Mesir terutama Israel.

Bagaimana kalau pengganti Mubarak adalah Suleiman?

Suleiman tak bisa lama berkuasa. Paling dia akan memimpin pemerintahan transisi. Saya tidak yakin dia bisa terus berkuasa walaupun dia dari kalangan intelijen. Dalam pemerintahan transisi, Suleiman tidak bisa berkuasa sendirian, ia harus mengikutsertakan kelompok lain. Kecuali bila militer melakukan kudeta dan menyatakab darurat militer, maka itu pemerintahan akan lain.

Bagaimana bila El Baradei yang menggantikan Mubarak?

Kan sebenarnya El Baradei itu orang yang pulang, dia lebih banyak hidup di luar negeri lalu pulang dan memanfaatkan situasi untuk main politik. Artinya akar rumputnya kurang. Kalau dia berkuasa dia harus banyak negosiasi dengan pendukungnya. Dia tidak bisa melakukan hal-hal yang keras pada pendukungnya seperti kelompok Ikhwanul Muslimin yang sekarang mendukung dia.

El Baradei mungkin akan lebih demokratis dibanding Suleiman, tapi mungkin kurang tegas.

Bagaimana kalau Amru Musa?

Amru Musa itu pernah menjadi menlu di Mesir, dia itu di dunia arab banyak dukungan cukup berhasil dalam kepemimpinan di Liga Arab. Secara regional, dia lebih dikenal dibandingkan Suleiman, di dunia barat juga dikenal. Jadi dia itu di antara Suleiman dan El Baradei. Dia di tengah-tengah.

Tapi munculnya dia tergantung negosiasi yang sekarang tampaknya masih dilakukan kalangan elit Mesir.

Apakah gejolak Mesir ini juga akan menular di negara timur tengah lainnya?

Semoga si tidak. Kasihan masyakatnya. Semoga para pemimpin itu sadar ada tuntutan masyarakat dunia agar mereka jangan berkuasa sewenang-wenang, agar mereka tahu diri. Ini pesan agar penguasa kalau berkuasa harus ingat rakyat. Kalau tidak bisa mensejahterakan rakyat ya akan digulingkan oleh rakyat. (iy/diks)
sumber: http://www.detiknews.com/read/2011/02/02/184128/1559352/159/hamdan-basyar-ngeyel-hosni-mubarak-bisa-ditembak-mati