Islam di Papua Barat

Oleh Dr Ismail Suardi Wekke *)

Wilayah selatan Papua Barat yang terbentang dari Raja Ampat ke Kaimana merupakan daerah bersemainya Islam. Penduduk di jazirah tersebut berjumpa dengan pedagang yang berasal dari Kesultanan Ternate, Tidore, dan Bacan di masa lampau. Sekarang ini, nelayan Bugis, Buton, dan Makassar berlayar di musim ikan terbang sampai ke Timika untuk mengumpulkan telur ikan yang menjadi komoditas mahal.

Bahkan ketika misi Protestan mencapai Mansinam yang terletak di Kabupaten Manokwari saat ini, justru Ottow dan Gezzler diantar oleh tentara yang diperintah secara khusus Sultan Ternate. Itu terjadi pada abad ke-18, setelah sebelumnya Islam sudah diterima sebagai agama dalam wilayah kepala burung Pulau Papua. Peristiwa ini menggambarkan betapa pilihan beragama yang berbeda justru bukan masalah. Bahkan diberikan jaminan oleh Sultan. Dengan catatan tidak menyebarkan ajaran kepada warga yang sudah memeluk agama sebelumnya.

Sementara saat ini, salah satu syiar Islam secara internal yang menjadi perhatian khusus adalah kemampuan baca tulis Alquran. Warga muslim Papua Barat selalu berusaha memanfaatkan momentum Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) untuk kepentingan membangkitkan ghirah belajar Quran. Walau dalam wilayah Papua Barat dikenal Manokwari sebagai kota Injil dimana Pulau Mansinam menjadi awal penyebaran Kristen, namun Papua Barat dari waktu ke waktu dalam hal capaian prestasi di ajang MTQ selalu berada di kelompok sepuluh besar.

Adapun lembaga pendidikan Islam yang menjadi tumpuan untuk belajar agama tersebar di seentaro wilayah. Termasuk Wondama dengan akses kapal laut yang terbatas. Di setiap kota dan kabupaten dalam administrasi Papua Barat terdapat lembaga pendidikan seperti Hidayatullah, Muhammadiyah, dan Almaarif. Demikian pula lembaga khas yang hanya ada di tanah Papua yaitu Yayasan Pendidikan Islam (YAPIS).

Bahkan perguruan tinggi yang dikelola YAPIS dan Muhammadiyah tidak saja memberi kesempatan kepada warga muslim untuk menikmati kesempatan pendidikan tinggi, melainkan juga bagi warga dari agama lain. Tidaklah mengherankan jikalau di kampus YAPIS dan Muhammadiyah dilaksanskan perayaan Natal. Bahkan tidak saja mahasiswa, unsur dosenpun tidak sebatas warga muslim saja.

Beberapa suku dari 24 suku yang mendiami Provinsi Papua Barat merupakan pemeluk Islam seperti Kokoda, Arandai. Adapun wilayah Raja Ampat merupakan nama dari empat pulau, Misool, Salawati, Salawati, dan Waigio. Pengaruh bahasa Arab yang menjadi lingua franca di kesultanan membekas hingga pada penamaan daerah seperti Babo, Ayawasi, dan Irarutum.

Keberadaan Islam bukanlah keyakinan yang baru. Mungkin karena penyebaran informasi yang tidak meluas sehingga ada anggapan bahwa wilayah Papua Barat didominasi Kristen. Paparan sebelumnya justru penerimaan Islam di Papua Barat justru lebih awal berbanding dengan misi Kristen. Perjumpaan Islam dan Kristen di pulau Papua menjadi kekhasan tersendiri. Perbedaan agama justru berkembang menjadi pilar kehidupan. Bukan menjadi pembeda bagi warga, sebaliknya justru menjadi pemersatu.

*) Ismail Suardi Wekke
STAIN Sorong & Divisi Riset ISMES

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*