Iran menentang intervensi militer di Suriah

Teheran (ANTARA News) – Iran pada Sabtu menegaskan kembali penentangannya terhadap intervensi militer di Suriah, setelah satu konferensi internasional menyarankan pengiriman satu pasukan Arab ke sekutu Teheran itu untuk menghentikan pertumpahan darah.

Iran “menentang setiap jenis intervensi militer dalam masalah-masalah Suriah,” kata satu pernyataan kementerian luar negeri.

Teheran juga “membantah rumor-rumor yang menyatakan pihaknya mengirim senjata-senjata dan melakukan intervensi militer di Suriah sebagai satu kebohongan belaka,” seperti yang dituduhkan Barat.

Iran “mengecam setiap bentuk aksi kekerasan dan (menganggapnya” bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan hak-hak kemanusiaan,” tambah pernyataan itu tanpa secara tegas mengacu pada tindakan keras pemerintah Presiden Bashar al-Assad.

Peryataan itu menambahkan bahwa Teheran “selalu mendukung setiap reformasi yang bermanfaat bagi rakyat negara ini.”

Pernyataan itu dikeluarkan sehari setelah satu usaha untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah dibicarakan dalam pertemuan “Sahabat-Sahabat Suriah” di Tunisia.

Tunisia dan Qatar mengusulkan pembentukan satu pasukan Arab, sementara Arab Saudi menyarankan mempersenjatai pihak oposisi Suriah.

Teheran mendukung kuat pemerintah di Damaskus, mendukung reformasi yang dijanjikan Bashar sementara tidak mengecam penekanan terhadap protes-protes pro-demokrasi yang menurut para pemantau menewaskan lebih dari 7.000 orang sejak aksi kekerasan meletus Maret 2011.

Iran menuduh musuh-musuh bebuyutannya Israel dan Barat medukung oposisi Suriah untuk menggulingkan Bashar guna melemahkan front anti-Israel yang termasuk Suriah, Iran dan kelompok milisi Hizbullah Lebanon.

Pada Selasa, penasehat dekat pemimpin tertinggi Iran dan mantan Menteri Luar Negeri Ali Akbar Velayati menegaskan bahwa Teheran “akan tetap mendukung pemerintah Suriah dan menentang tindakan yang terhadapnya.”

Ia juga mengatakan pemerintah Suriah “tidak akan jatuh” kendatipun pengucilan internasional terhadap negara itu semakin kuat, demikian AFP.

(Uu.H-RN/Z002)

Editor: Ruslan Burhani